PEMANFAATAN SARI BUAH BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) SEBAGAI PEWARNA PADA PEMERIKSAAN TELUR CACING Soil-Transmitted Helminth PENGGANTI EOSIN 2%

Penulis

  • Sulaeman Sulaeman Teknologi Laboratorium Medik Poltekkes Kemenkes Bandung
  • Ninda Putri Yunistira Amtaran Teknologi Laboratorium Medik
  • Yuliansyah Sundara Mulia
  • Yeni Wahyuni

DOI:

https://doi.org/10.34011/jks.v4i1.1444

Kata Kunci:

Eosin 2%, Sari buah Binahong, Telur Cacing STH

Abstrak

Penyakit kecacingan merupakan masalah kesehatan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH). Diagnosis kecacingan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis menggunakan Eosin 2%. Akan tetapi salah satu kekurangan Eosin adalah memiliki harga yang mahal. Alternatif yang dapat digunakan yaitu menggunakan pewarna dari bahan alami salah satunya buah Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis). Buah Binahong memiliki kandungan antosianin yang memberikan warna merah keunguan sehingga dapat digunakan sebagai alternative pengganti Eosin 2%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kulitas preparat telur cacing yang diwarnai dengan sari buah Binahong dengan Eosin 2%. Metode pemeriksaan telur cacing yang digunakan yaitu metode langsung yang kemudian diwarnai dengan sari buah Binahong langsung, 75%, 50% dan 25% dengan variasi pH 2 dan pH 12. Hasil uji Kruskal wallis sari buah Binahong 100% pH 2 memberikan hasil yang hamper mendekati Eosin 2% dan hasil uji Mann U whitney Nilai Asym. Sig. (2-tailed) sari buah Binahong 100% pH 2 > 0,05. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa sari buah Binahong 100% pH 2 dapat dimanfaatkan sebagai pewarna pada pemeriksaan telur cacing STH pengganti Eosin 2%.

##submission.downloads##

Diterbitkan

Aug 31, 2023

Cara Mengutip

Sulaeman, S., Putri Yunistira Amtaran, N., Sundara Mulia, Y., & Wahyuni, Y. (2023). PEMANFAATAN SARI BUAH BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) SEBAGAI PEWARNA PADA PEMERIKSAAN TELUR CACING Soil-Transmitted Helminth PENGGANTI EOSIN 2% . Jurnal Kesehatan Siliwangi, 4(1), 381–389. https://doi.org/10.34011/jks.v4i1.1444

Artikel paling banyak dibaca berdasarkan penulis yang sama

1 2 3 > >>